Berbagi Informasi Agar Tidak Salah Paham

Jalan-jalan

Situs Tsunami Kapal PLTD Apung, Banda Aceh

Selasa, 17 Januari 2017, 01.23 WAT
Last Updated 2020-07-15T07:47:34Z
Advertisement

PLTD Apung berada di daerah Punge Blang Cut Kota Banda Aceh. Tidak jauh juga dari pusat kota. Akses termudah untuk menuju lokasi ini adalah dengan menumpang beca motor. Setahun silam, hanya kapal besar ini yang langsung bertetanggaan dengan pemukiman warga. Tapi kini beberapa rumah sudah dibebaskan (dibeli oleh pemerintah). Sehingga dapat lebih leluasa untuk dilaksanakan pembangunan terhadap kapal PLTD Apung ini. Meski kesan seram tidak lagi terpancar, tetapi selalu timbul pertanyaan dalam pikiran, bagaimana mungkin kapal ini berada di daratan seperti ini?


Sekarang lokasi sudah dipagar, ada lokasi parkir yang lebih teratur. Pengunjung dapat mengisi buku tamu yang disediakan sebagai bahan catatan dari pengelola dari mana saja pengunjung berasal. Pengunjung juga dapat memberikan masukan kepada pengelola berupa saran tentang penyelenggaraan PLTD Apung ini.





Masuk pertama melalui gerbang, jika melihat ke kanan maka akan terlihat Monumen Tsunami. Monumen ini dibangun guna mengingat korban korban tsunami beberapa tahun silam yang menghempaskan pemukiman penduduk di seputaran Punge Blang Cut. Di Monumen Tsunami tersebut jelas terlihat jam dan tanggal terjadinya tsunami di daerah ini.





Jika kita ke kiri, maka akan terlihat jalan yang terbuat dari papan. Seolah olah berada di Borneo dimana tak jarang warga di sekitar sungai yang membangun jalan dari papan. Jika terus ke kiri kita dapat melihat gedung yang menampilkan foto foto pasca tsunami.

Tapi saya tidak kesana, lebih tertarik untuk naik ke atas kapal. Di lantai satu sudah ada petugas yang mengarahkan kemana kita harus berjalan. Setelah berada di lantai satu, pintu kabin kapal terbuka. Masuk ke dalam, panas memang karena cuaca Banda Aceh cukup panas. Hanya saja tak ingin berlama lama di dalam. Ada kesan yang membuat was was karena berada di dalam hanggar luas dan tak ada seorang pun di dalam. Mungkin jika pernah ke Lawang Sewu, kesannya akan sangat mirip jika berada di tempat ini.






Setelah keluar, jelas terlihat jangkar kapal seukuran orang dewasa. Sungguh luar biasa memang kapasitas kapal ini. Akses naik turun ke lantai 2 hanya sebuah tangga. Jadi harap berhati hati dikarenakan harus antri dengan pengunjung yang ingin naik maupun turun.

Hampir saja lupa. Untuk sementara ini, pengunjung tidak dikenai biaya masuk. Entah mungkin menunggu nantinya ada peraturan terkait tentang retribusi yang akan dibuat. Setelah berada di lantai paling atas, angin bertiup sangat kencang sekali. Seolah nyata berada di atas kapal. Beberapa bendera Merah Putih turut menghiasi kapal ini. Nampak jelas pemukiman warga dari ketinggian PLTD Apung ini. Disini tersedia beberapa kamera teropong jarak jauh. Jika ingin menggunakannya kita cukup memasukkan koin pada lubang yang disediakan. Maka kita dapat melihat lebih jelas dan lebih jauh pandangan mata sesuai waktu yang tersedia.








Ada beberapa bangunan yang sengaja dibangun untuk menghidupkan suasana seolah olah berada di lokasi tsunami. Ada tower semacam tower mercusuar di sekitar lokasi dan kita juga dapat naik kesana. Uniknya lokasi ini, beberapa jalan dari kayu dibangun sengaja untuk menghubungkan beberapa bangunan yang tersedia. Tampak keceriaan anak anak yang sedang datang berkunjung.



Turun ke bawah melalui bidang kapal lainnya, kita dapat menuju air pancur yang mengeluarkan air secara berirama. Taman air pancur ini dibuat dalam rangka edukasi tentang tsunami. Air bisa datang besar dan kecil. Karena cuaca mendung, kami bergegas cepat untuk keluar. Tampak pelangi mengiringi langit di ufuk timur. Sedang bagian barat tampak awan kelabu tebal bersiap menyelimuti Kota Banda Aceh.






Mungkin bagi pengunjung disini, perlu diingat jam kosong. Yaitu ketika masuk waktu shalat, maka lokasi ini akan dikosongkan. Sedangkan Musium PLTD Apung ini dibuka sejak pagi hingga sore jam 6. Tapi dengar cerita kawan, katanya pernah setelah magrib dibuka kembali.

TrendingMore